Kamis, 12 Februari 2015

pendidikan dalam trilogi ilmu pengetahuan



PENDIDIKAN DALAM TRILOGI ILMU PENGETAHUAN

A. Ontologi Pendidikan
            Berbicara masalah ontologi tidak terlepas dari filsafat karena diperlukan untuk menejelaskan dasar ontologis dari hampir  setiap ilmu, termasuk dalam kajian pendidikan. Aspek realitas yang dijangkau teori pendidikan melalui pengalaman pancaindra adalah dunia pengalaman manusia secara empiris. Adapun objek materil filsafat adalah manusia seutuhnya, manusia berikut aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak maulia dalam situasi pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk social.
            Dalam situasi sosial, manusia seriing berperilaku tidak utuh, hanya menjadi makhluk berperilaku individual atau makhluk sosial yang berperilaku kolektif. Hal itu dikarenakan pada ruang lingkup pendidikan makro yang berskala besar mengingat adanya konteks sosio-budaya yang terstruktur oleh sistem nilai tertentu.
            Filsafat pendidikan merupakan bidang filsafat bidang filsafat terapan, bermula dari bidang tradisonal filsafat, seperti ontologi, etika, epistemologi, dan berbagai pendekatan lainnya (filsafat spekulatif, preskriptif, dan analitis) untuk menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, perkembangan manusia, dan teori kurikulum. Dengan kata lain, filsafat pendidikan adalah studi filosofis tentang tujuan, proses, alam, dan cita-cita pendidikan. Sebagai contoh, filsafat pendidikan mencakup hal berikut:
1.      Mempelajari definisi mengasuh dan mendidik
2.      Mendalami dan mempelajari pengaplikasikan nilai-nilaii dan norma-norma lalu diterapkan melalui sistem pendidikan dan praktik pendidikan itu sendiri
3.      Mempelajari batas-batas dan legistimasi pendidikan sebagai disiplin akademis
4.      Mempelajari hubungan antara teori dan praktik pendidikan pada umumnya

Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat pendidikan tidak boleh bertentangan dengan filsafat. Secara ontologis, filsafat pendidikan berusaha mengkaji secara mendalam hakikat pendidikan terhadap manusia dan semua unsure yang berhubungan perubahan manusia kearah yang lebih memanusiakan manusia.
Menurut Made Pidarta, ontologi filsafat pendidikan mempertanyakan hal-hal berikut:
1.      Apakah pendiidkan itu?
2.      Apa yang hendak dicapai?
3.      Bagaiman cara terbaik merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan?
4.      Bagaimana sifat pendidikan itu?
5.      Bagaimana perebedaan pendidikan teori dengan praktik?
6.      Bagaiman hakikat kurikulum yang disajikan?
7.      Siapa dan bagaiman para peserta didiknya?
8.      Bagaimana sistem pengembangan bakat dan minat anak didikanya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut memberikan inspirasi terhadap upaya pengembangan pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang berbudi luhur, rasional, terampil, dan mandiri. Manusia yang bertanggung jawab terhadap masa depan kehidupan diri, keluarga, masyarakat, dan negara. Akan tetapi, jawaban terhadap semua pertayaan ontologis biasanya memerlukan penelitian, analisis, deskripsi, dan penjabaran. Oleh karena itu, dari ontologi filsafat pendidikan dilanjutkan oleh epistemologi filsafat pendidikan.
Pendekatan ontologi atau metafisik menekankan pada hakikat keberadaan, dalam hal ini keberadaan manusia itu sendiri. Keberadaan manusia tidak terlepas dari keberadaan pendidikan. Oleh sebab itu, hakikat pendidkan berkenan dengan hakikat manusia. Dalam pendekatan ini, keberadaan peserta didik dan pendidik tidak terlepas dari makna keberadaan manusia itu sendiri.
Dengan pemahaman tersebut, sudah tentu hakikat pendidikan atau ontologi pendidikan berakar dari kebutuhan manusia terhadap proses pelatihan kemandirian berpikir, mandiri mengambil keputusan, mandiri dalam mengamankan kehormatan dan hrga dirinya, dan manusia yang mengerti tujuan hidup hari ini, besok, dan yang akan datang.

B. Aksiologi Pendidikan
            Aksiologi adalah penerapan ilmu. Penerapan ilmu pengetahuan dapat diketahui pertama-tama dari klasifikasinya, kemudian dengan melihat tujuan ilmu itu sendiri, dan terkahir perkembangannya. Dalam penerapannya, olmu dapat dibedakan atas ilmu murni dan ilmu terpan, atau berada di kedua jenis tersebut. Sedangkan dalam fungsinya ilmu dapat dibedakan atas ilmu teaoritis rasional dan ilmu empiris praktis, atau berada di antara kedua jenis ilmu tersebut.
            Pengkajian aksiologi ilmu politik, perkembangan ilmu politik, baik sebagai ilmu murni (pure science) maupun sebagai ilmu terapan (applied science), akan lebih tampak jelas terdeteksi. Perkembangan ilmu politik ini akan lebih jelas terlihat dengan mengetahui sejauh mana tingkat pertumbuh dan perkembangannya, apakah masih dalam taraf pengklasifikasian, perbandingan atau menghitung kuantitas dan kualitasnya. Ilmu pengetahuan juga memiliki beberapa tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Klasifikasi
Yaitu tahap di mana ilmu pengetahuan tersebut berada dalam kondisi pemilihan, dalam arti sedang menentukan dan memilah- milah keberadaanya.
2. Tahap Komparasi
Yaitu tahap di mana ilmu pengetahuan tersebut berada dalam tahap membandingkan suatu ilmu dengan ilmu yang lain.
3. Tahap Kuantifikasi
Yaitu tahap di mana ilmu pengetahuan tersebut berada dalam tahap  memperhitungkan kematangannya.





C. Epistemologi Pendidikan
Epistemologi adalah analisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan.dari mana dan bagaimana pengetahuan diperoleh,menjadi kajian epistemologis, sebagai contoh bahwa semua pengetahuan berasal.dalam epistemologi,secara lebih terprinci di perbincangkan mengenai dasar,batas,dan objek pengetahuan.
Berkaitan dengan pemikiran diatas,terdapat empat jenis kebenaran yang secara umum telah di kenal oleh orang banyak,yaitu :
1.      Kebenaran religius, yaitu kebenaran yang memenuhi kriteria atau di bangun berdasarkan kaidah-kaidah agama atau keyakinan tertentu.
2.      Kebenaran filosofis,keberanan hasil perenungan dan pemikiran kontemplatif terhadap hakikat sesuatu intelektual.
3.      Kebernaran estetis,kebenaran yang berdasarkan penilaian indah atau buruk,serta cita-cita estetis.
4.      Kebenaran ilmiah, kebenaran yang di tandai oleh terpenuhnya syarat-syarat ilmiah,terutama menyangkut adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti.
Kebenaran pengetahuan dapat pula di bagi menjadi dua macam,yaitu :
Kebenaran mutlak atau absolut dan kebenaran relatig atau nisbi.kebenaran mutlak adalah kebenaran yang tidak berubah-ubah dan tidak dapat dipengaruhi oleh yang lain.misalnya,fungsi mata dalam melihat sesuatu.
            Kajian filsafat sebagai mana dikemukakan di atas adalah berkaitan dengan masalah ilmu dan pengetahuan atau tahu,mengenai dan pengetahuan (kognition).kajian filsafat mengarahkan diri pada dasar-dasar pengetahuan dalam perspektif nilai atau aksiologi. Demikian pula, dengan aspek antologinya,kajian tentang hakikatnya mengarahkan diri pada hal-hal yang sifatnya metafisikal,asumsial dan batas-batas penjelajahan ilmu yang dilengkapin perspektif epistemologis tentang sistem berfikir dan struktur pengetahuan.epistemologi ini berhubungan langsung dengan epistemologi pendidikan. Epistelogi pendidikan adalah filsafat tentang sumber-sumber pendidikan  dan seluk beluk pendidikan.
Semua landasan pendidikan akan dijadikan tolak ukur  pengembangan pendidikan. Misalnya, landasan pendidikan bersumber dari ideologi pancasila maka pendidikan harus dikembangkan dengan tetap berbasis pancasila. Secara epistemologis,landasan pendidikan mengacuh pada fitrah manusia sebagai dasar pengembangan dan inovasai pendidikan yang lebih berkarakter karena pendidikan yang berkarakter,selalu bertitik tolak dari aspek-aspek kemanusiaan,baik dilihat sebagai mahluk lahiria maupun mahluk batinia.
Menurut Edward spanger,ada enam aspek yang mendasari pandangan hidup manusia.melalui pandangan hidup yang dipilihnya,edward pembagi manusia menjadi enam tipe berikut :
1.      Manusia ekonomi,yaitu mereka yang menilai bahwa kekayaan harta benda sebagai sumber kebahagiaan hidup.
2.      Manusia sosial,yaitu mereka yang menilai bahwa bakti dan pengabdian untuk kepentingan sosial sebagai puncak kebahagian hidup.
3.      Manusia estetis,yaitu mereka yang menilai bahwa kebahagiaan bersumber dari segala yang dapat memenuhi kepuasan akan rasa indah dan keindahan.
4.      Manusia kuasa yaitu, mereka yang menilai bahwa kebahagiaan sebagai kepemikiran terhadap kekuasaan
5.      Manusia ilmu atau manusia teori, yaitu mereka yang menilai bahwa kebahagiaan dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan nalar semaksimal mungkin.
Manusia susila, yaitu mereka yang menilai bahwa kebahagiaan akan diperoleh melalui cara hidup yang susila dan saleh, terlebih- lebih yang sesuai dengan tuntunan agama.






Daftar pustaka:
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si.2009. filsafat ilmu. Bandung : pustaka setia
Noorhayati, aliet. 2014. Telaah filsafat pendidikan. Yogyakarta : Cv Budi Utama
Prof. Dr.H.A Tafsir. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia
Prof.Dr.Amal Bakhtiar,M.A.2010. filsafat ilmu. Jakarta :rajawali pers
Prof.Dr.Muhmidayeli,M.Ag. 2013.Filsafat Pendidikan.Bandung : Refika aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar