Selasa, 24 Maret 2015

pemerolehan bahasa anak



MAKALAH
Pemerolehan Bahasa Anak
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep dasar bahasa inggris
Dosen Pengampu : Halim purnomo.M.pd.i


                                                               
Disusun oleh :
Kelompok 1
1.      IMAN PATUROHMAN (140641189)
2.      MIRA PUSPITASARI (140641194)
3.      SRI WAHYUNINGSI (140641210)
SD14-A6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
KATA PENGANTAR
Puji syukur penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “PEROLEHAN BAHASA ANAK”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah konsep dasar bahasa inggris.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menjabarkan tentang sumber pemerolehan bahasa anak, bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu siswa, bahasa inggris sebagai bahasa asing siswa.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah menyelesaikan tugas dalam penyusunan makalah ini, dan semoga isi yang dikandung dari makalah ini dapat memenuhi tujuan yang diharapkan. Amin.

Cirebon, 19 maret 2015

Tim Penulis



i


Daftar Isi
KATA PENGANTAR .......................................................................................         i
DAFTAR ISI ...................................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar belakang Rumusan masalah ..........................................        1
1.2     Rumusan Masalah....................................................................        2
1.3     Tujuan ......................................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN
2.1     Seorang anak memperoleh bahasa .........................................        3
2.2     Peran lingkungan pada proses pemerolehan bahasa..............        5
2.3     Bahasa ibu sebagai bahasa pengantar ....................................        9
2.4     Manfaat pembelajaran bahasa inggris untuk siswa di sd .......       11
BAB III PENUTUP
a.         Kesmpulan ................................................................................       15   
b.         Saran ........................................................................................       16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................       17   








ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1             Latar belakang masalah
  Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain. Dengan bahasa maka akan terjadi hubungan timbal balik antara seseorang dengan orang lain. Manusia hidup dalam suatu lingkungan masyarakat. Karena dalam kehidupan manusia selalu membutuhkan orang lain. Seseorang akan mengerti apa yang dimaksudkan oleh mitra tutur dengan bahasa yang digunakan. Sehingga pesan atau informasi yang dapat tersampaikan.
 Bahasa tidak hanya tulis maupun lisan, tetapi juga bahasa tubuh dan juga ekspresi seseorang terhadap aksi yang kita lakukan. Misalnya seorang bayi yang menangis ketika lapar, bayi itu menggunakan bahasa tangis untuk memberitahukan kepada ibunya bahwa ia tengah lapar. Hal itu menujukkan pula bahwa bahasa telah ada ketika seseorang belum mengenal tulisan. Bahkan ketika seseorang belum lahir, ia sudah menggunakan bahasa. Seseorang mengenal menggunakan bahasa berdasarkan lingkungan dimana dia tinggal. Seseorang berusaha menirukan bahasa orang lain walau dengan terbata-bata. Seorang anak yang masih berusia di bawah tiga tahun, menggunakan bahasa secara belum lengkap. Hal itu karena seorang anak hanya bisa menangkap dan melafalkan sebagian dari lingual yang ia dengar.
Seseorang akan mengucapkan satuan lingual tertentu yang diperolehnya berdasarkan tempat dimana dia tinggal. Lingkungan sangat mempengaruhi hal tersebut. Daerah yang satu akan mengucapkan lingual yang berbeda dengan daerah yang lain walaupun maksud tuturannya sama. Lingkungan yang mempengaruhi bahasa seseorang tidak hanya berasal dari faktor geografis, tetapi juga faktor ekonomi, pendidikan, dan sosial agama. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kekayaan seseorang dalam menguasai bahasa.


1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana seorang anak memperoleh bahasa ?
2. Bagaimana peran lingkungan pada proses pemerolehan bahasa?
3. Bagaimana proses bahasa indonesia sebagai bahasa ibu siswa?
4. Apa manfaat pembelajaran bahasa inggris yang di ajarkan kepada anak SD ?

1.3 Tujuan
1. Untuk megetahui seorang anak memperoleh bahasa
2. Untuk mengetahui peran lingkungan pada proses pemerolehan bahasa
3. Untuk mengetahui proses bahasa indonesia sebagai bahasa ibu siswa
4. Untuk mengetahui manfaat pembelajaran bahasa inggris untuk siswa di SD



















2
BAB II
 PEMBAHASAN

2.1 Seorang anak memperoleh bahasa
   Darwowidjojo (2003: 225) menyatakan pemerolehan (acquisition), yakni, proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya. Dapat dikatakan pula bahwa pemerolehan bahasa adalah awal mula ketika seseorang mendapatkan pengetahuan tentang bahasa dan menggunakannya untuk berkomunikasi.
Pemerolehan bahasa terjadi secara natural, tiba-tiba, dan mendadak. Kemerdekaan bahasa dimulai ketika anak berusia sekitar usia satu tahun, di saat anak-anak mulai menggunakan kata-kata lepas atau kata-kata terpisah dari sandi linguistik untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka (Tarigan, 1988: 4 ).
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak-anak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Simanjuntak, 1986). Schutz (2006:12) mengutip Krashen yang mendefenisikan pemerolehan bahasa sebagai "the product of a subconscious process very similar to the process children undergo when they acquire their first language.
Dengan kata lain pemerolehan bahasa adalah proses bagaimana seseorang dapat berbahasa atau proses anak-anak pada umumnya memperoleh bahasa pertama. Pemerolehan bahasa pada anak usia dua sampai tiga tahun terjadi secara alamiah. Pemeroleh bahasa biasanya secara natural artinya pemerolehan bahasa yang terjadi secara alamiah tanpa disadari bahwa seorang anak tengah memperoleh bahasa, tetapi hanya sadar akan kenyataan bahwa ia tengah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.

3
Schutz menambahkan hasil dari pemerolehan bahasa yakni kompetensi yang diperoleh juga bersifat alamiah.
Anak pada umumnya memperoleh bahasa secara alamiah dari lingkungannya tanpa proses belajar secara formal di bangku sekolah.
Pemerolehan bahasa secara alamiah ini tidak dikaitkan secara ketat, tetapi pemerolehan bahasa itu diperoleh sesuai dengan perkembangan otak dan fisik anak itu sendiri.
Menurut Sigel dan Cocking (2000:5) pemerolehan bahasa merupakan proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan sederhana dari bahasa yang bersangkutan.
Pemerolehan bahasa umumnya berlangsung di lingkungan masyarakat bahasa target dengan sifat alami dan informal serta lebih merujuk pada tuntutan komunikasi.
Berbeda dengan belajar bahasa yang berlangsung secara formal dan artifisial serta merujuk pada tuntutan pembelajaran (Schutz, 2006:12), dan pemerolehan bahasa dibedakan menjadi pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua.











4
2.2  peran lingkungan pada proses pemerolehan bahasa
              Lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar terkait dengan bahasa kedua yang sedang dipelajari. Yang tergolong lingkungan bahasa adalah situasi di rumah ketika nonton televisi, percakapan dengan kawan-kawan, dalam proses belajar mengajar di kelas, dan sebagainya. Kualitas lingkungan bahasa sangat penting bagi keberhasilan pembelajar dalam mempelajari bahasa kedua (Dulay, 1982:13).
Secara umum lingkungan bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yakni (10 lingkungan formal, yang dijumpai dalam proses belajar ,mengajar, (2) lingkungan informal (Krashen,1982:40). Krashen juga menyatakan bahwa untuk menguasai bahasa kedua pembelajar dapat menggunakan dua cara yakni melalui proses pembelajaran dan melalui proses pemerolehan. Pembelajaran merupakan proses yang disadari dan bertitik berat pada perhatian pembelajar pada bentuk bahasa atau struktur. Sedangkan pemerolehan merupakan proses yang serupa pada saat menerima bahasa pertama. Pemerolehan berlangsung sejalan dengan aktivitas yang tidak disadari oleh pembelajar.
Uraian di atas memperjelas bahwa lingkungan formal sangat berkaitan dengan pembelajaran. Lingkungan informal berkaitan dengan proses pemerolehan. Dalam komunikasi situasi formal frekuensinya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan situasi informal. Hal ini menjadikan lingkungan informal lebih berperan daripada lingkungan formal.
Lingkungan informal terjadi secara alami. Yang tergolong lingkungan informal adalah bahasa yang dipakai teman sebaya, bahasa pengasuh, bahasa orang tua, bahasa yang dipakai di media cetak atau elektronik dan bahasa yang dipakai guru dalam proses belajar di kelas. Dulay (1982) menyatakan terdapat empat hal dari lingkungan bahasa yang berpengaruh dalam pemerolehan bahasa kedua, yakni, (1) sifat alami bahasa sasaran, (2) cara pembelajar dalam berkomunikasi, (3) adanya acuan yang konkret, dan (4) model bahasa sasaran. Dalam lingkungan bahasa yang bersifat alami titik berat komunikasi adalah isi pesan, bukan bentuk linguistiknya atau tata bahasa.

5
Belajar bahasa secara alami akan memperlihatkan hasil kemampuan berbahasa yang lebih baik daripada melalui lingkungan formal yang lebih menitikberatkan pada pemerolehan bahasa secara sadar tentang aturan-aturan bahasa ataupun pemakaian bentuk formal linguistik.
 Lebih jauh Dulay juga menjelaskan bahwa cara pembelajar berkomunikasi, baik komunikasi satu arah, komunikasi dua arah terbatas maupun penuh, sangat berpengaruh pada pemerolehan bahasa kedua. Dalam komunikasi satu arah, pembelajar hanya membaca atau mendengar bahasa kedua, tetapi pembelajar tidak dapat merespon. Dalam komunikasi dua arah terbatas pembelajar akan mendengar bahasa kedua, kemudian memberikan respon secara nonverbal atau tidak menggunakan bahasa sasaran. Sedangkan dalam komunikasi dua arah penuh. Pembelajar mampu meberikan jawaban dalam bahasa sasaran. Dari kenyataan ini dapat dilihat betapa pentingnya lingkungan bahasa memberikan masukan bahasa kedua, yang memungkinkan pembelajar mampu berkomunikasi dua arah penuh. Tentunya hal ini terjadi secara bertahap.
Adanya acuan bahasa yang konkret juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, peristiwa yang diangkat sebagai bahan harus merupakan peristiwa atau hal yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan secara langsung oleh pembelajar ketika percakapan sedang berlangsung.
 Komunikasi yang demikian dapat menjamin pembelajar dapat memahami banyak hal tentang apa yang dikatakannya dalam bahasa kedua. Dengan demikian dapat memicu perkembangan dan pemerolehan struktur dan kosakata bahasa sasaran.
Terkait dengan ketersediaan acuan konkret Long (Ellis,1982:157-158) menyatakan agar masukan dapat terpahami maka perlu diperhatikan bebeapa hal, (1) struktur dan kosakata yang digunakan berkomunikasi hendaknya sudah dikuasai oleh pembelajar, (2) berorientasi pada bahan yang bersifat “here and now”, (3) struktur interaksi dalam Dalam komunikasi harus di modifikasi sedemikian rupa. mempelajari bahasa kedua, pembelajar selalu memilih model yang mampu menghasilkan ujaran yang baik dan benar. Model bahasa kedua ini dapat dipilih sendiri oleh pembelajar dari lingkungan bahasanya.

6
Peran Lingkungan Informal terhadap Pemerolehan Bahasa Kedua
Telah diuraikan bahwa lingkungan informal berperan dalam pemerolehan bahasa kedua. Peran tersebut menyangkut keberadaannya sebagai bahan masukan sekaligus bahan monitor. Salah satu lingkungan bahasa yang banyak berperan adalah teman sebaya.
Teman sebaya tampaknya memiliki pengaruh lebih besar dari pada orang tua atau guru terhadap pembelajar bahasa kedua. Milon (1975) dalam penelitiannya menemukan bahwa seorang anak Jepang berusia tujuh tahun yang imigrasi ke Hawaii lebih memahami ‘the hawaiian Creole English” yang dipelajari dari teman sebayanya dibandingkan denan “the english standart’ yang diajarkan gurunya. Anehnya ketika ia berpindah pada lingkungan kelas menengah dengan cepat ia mampu memakai bahasa Inggris baku seperti yang dipaki teman-temannya.
Hal serupa juga terjadi pada program celup di Kanada dan Amerika Serikat. Dalam program celup mengharuskan siswa-siswinya hanya memakai bahasa sasaran sebagai alat komunikasi sepanjang jam-jam sekolah. Kenyataan memperlihatkan bahwa siswa hanya akan memakai bahasa sasaran di dalam kelas, sedangkan di luar kelas bersama-sama.
Bukti lain tentang hal itu adalah pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah terutama di daerah. Dalam proses belajar mengajar di kelas, siswa menggunakan bahasa Indonesia hanya bila berkomunikasi dengan guru. Sementara jika berkomunikasi dengan teman-temannya cenderung mengggunakan bahasa pertama. Hal ini juga terjadi di luar jam pelajaran, frekuensi penggunaan bahasa pertama lebih besar dibandingkan dengan bahasa kedua (bahasa indonesia).
Hal ini membuktikan bahwa problema program celup atau pengajaran bahasa Indonesia sebenarnya tidak terletak pada bagaimana cara anak-anak belajar, atau karena kualitas bahasa sasaran yang dipakai guru selama jam pelajaran berlangsung. Hal terpenting ternyata adalah menyediakan atau menyiapkan teman-teman sebagai model dalam bahasa sasaran (Dulay,1986). Bahasa guru pun secara tidak langsung akan menjadi model bahasa sasaran, walaupun pengaruhnya tidak sebesar pengaruh bahasa yang dipakai teman-teman. Menurut Krashen bahasa guru dalam pengajaran bahasa asing mirip denan bahasa pengasuh.
7
Bahasa guru pada umumnya memiliki ciri penyesuaian secara formal pada seluruh tataran kebahasaan. Gaies (1977;1979) melihat bahwa ujaran guru menampakkan penyederhanaan aturan sintaktik ketika ia berbicara di tengah-tengah siswanya. Henzl (1979) bahkan melihat bahwa bahasa guru pun seringkali disesuaikan dengan tataran kecakapan murid yang di ajak berbicara. Bahasa teman sebaya juga memiliki pengaruh besar dibandingkan bahasa bahasa orang tua. Anak-anak akan lebih banyak mempelajari perilaku bahasa dari teman-temannya dari pada dari orang tuanya.
Lingkungan orang tua ini tampaknya hanya terbatas pada peran bahasa pengasuh terhadap pemerolehan bahasa pertama. Sedangkan untuk pembelajar dewasa, kekuatan bahasa pengasuh ini semakin berkurang, lebih-lebih bila dihubungkan dengan pemerolehan bahasa kedua. Bahasa pengasuh lebih mirip dengan bahasa penutur asing.









8
2.3 Bahasa ibu sebagai bahasa pengantar
Salah satu kendala yang dihadapi oleh siswa sekolah dasar (SD) di Indonesia dalam memahami pelajaran di sekolah, yakni tidak digunakannya bahasa ibu mereka sebagai pengantar dalam proses pembelajaran. Akibatnya, mereka pun tidak mampu meraih prestasi akademik secara maksimal. Begitulah hasil survei yang dilakukan oleh South East Asian Minister of Education Organization Regional Center for Quality Improvement of Teacher and Education Personel (SEAMEO QIPTEP) beberapa waktu lalu. Oleh karenanya, lembaga ini pun mengusulkan kepada pemerintah untuk mengembangkan program pendidikan multibahasa berbasis bahasa ibu bagi siswa SD.
Penggunaan bahasa ibu atau bahasa daerah sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran untuk tingkat dasar sebenarnya sudah mulai diterapkan di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Filipina, Thailand, dan Kamboja. Di ketiga negara tersebut, bahasa daerah digunakan sebagai bahasa pengantar untuk siswa kelas 1 sampai dengan kelas 3. Bahasa nasional sendiri baru digunakan sebagai bahasa pengantar saat mereka menginjak kelas IV.
Di Indonesia sendiri program semacam ini sebenarnya sudah diterapkan di Maluku dan Papua. Sayangnya, program tersebut belum bisa dijalankan secara maksimal karena adanya sistem yang mengharuskan siswa - siswa di Papua untuk berbahasa Indonesia. Selain itu, banyaknya bahasa daerah yang dimiliki, menyulitkan siswa dalam berkomunikasi satu sama lainnya. Penggunaan bahasa daerah belum mampu digunakan sepenuhnya. Di sisi lain sikap orang tua yang lebih mementingkan penguasaan bahasa asing bagi anaknya daripada bahasa ibunya menjadikan bahasa daerah semakin ditinggalkan. Mereka beranggapan, memberikan pelajaran bahasa asing sejak dini akan berdampak baik bagi perkembangan anaknya pada masa mendatang. Padahal, bahasa daerah tidak hanya sebatas sarana untuk berkomunikasi. Lebih dari itu, di dalam bahasa daerah terkandung budaya serta nilai yang harus dipahami oleh anak agar memiliki kecerdasan sosial saat mereka berinteraksi dengan masyarakat.
9
Adapun untuk menjadikan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran, dibutuhkan tiga syarat yang harus dipenuhi. Pertama, tersedianya guru yang berkualitas serta menguasai bahasa daerah dan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kedua, tersedianya kurikulum multibahasa yang sesuai. Ketiga, adanya dukungan dari orang tua untuk mengondisikan anaknya agar selalu berkomunikasi dalam bahasa daerahnya saat mereka berada di rumah. Tanpa terpenuhinya ketiga syarat tersebut, sangat sulit untuk menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar. Di samping itu, dukungan pemerintah daerah maupun masyarakat terhadap upaya pelestarian bahasa daerah tersebut sangat dibutuhkan.
Dengan menjadikan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran, diharapkan setiap siswa akan mampu memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Selain itu, upaya untuk melestarikan bahasa daerah pun benar-benar dapat terwujud.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

10

2.4 Manfaat Pembelajaran Bahasa Inggris untuk siswa di SD

Kita semua tahu bahwa bahasa inggris digunakan secara internasional. Artinya masyarakat yang berasal dari beragam latar belakang goegrafi, agama dan kultur telah memiliki suatu media yang disepakati untuk berkomunikasi satu sama lainnya, yaitu Bahasa Inggris. Sehingga jika ingin berwawasan dan berpengetahuan luas maka bahasa inggris adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari. Bahasa Inggris memberi ruang gerak yang seluas-luasnya kepada kita untuk larut menjadi bagian dari komunitas global masyarakat dunia. Bahkan pada bidang-bidang tertentu bahasa inggris mutlak sangat diperlukan. Oleh sebab itu, kita sebagai guru di sekolah dasar sudah sepatutnya mengenalkan bahasa inggris kepada siswa sejak usia dini. Dengan metode yang tepat belajar bahasa inggris akan terasa menyenangkan yang akan menambah wawasan mereka dalam bermain.
Di Indonesia, bahasa inggris telah lama diajarkan di semua sekolah menengah dan atas baik negeri maupun swasta. Sejak kelas tujuh sampai kelas dua belas, bahasa inggris menjadi mata pelajaran pokok sejajar dengan mapel bahasa Indonesia dan matematika. Oleh karena itu, pada ujian akhir nasional (UAN) SMP maupun SMA, bahasa inggris termasuk salah satunya yang diujikan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, bahasa inggris juga telah diajarkan di sekolah dasar sebagai muatan lokal. Para siswa kelas 3 sampai kelas 6 menerima pelajaran bahasa inggris selama beberapa jam pelajaran dalam seminggu. Sebagai bahasa internasional, memang sudah sepatutnya kalau Bahasa Inggris diajarkan sejak dini. bahkan dibeberapa sekolah TK, para siswanya diberi pelajaran bahasa inggris walaupun dalam tingkat pemula. Anak-anak TK di ajari menyanyi yang terkadang lirik lagunya di campur dengan bahasa inggris meskipun masih basic sekali, menghafal nama bilangan dan nama warna dalam bahasa inggris. Bahasa inggris di sekolah dasar memang merupakan muatan lokal, tetapi hal itu sangat bermanfaat untuk mereka di era globalisasi seperti ini. Kebijakan memasukkan bahasa inggris sebagai muatan lokal SD merupakan langkah maju. Ketika anak lulus SD masuk ke jenjang yang lebih tinggi, bahasa inggris sudah tidak asing lagi.

11
Pendidikan bahasa inggris di SD dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yang disertai dengan tindakan. Dalam pendidikan sekolah dasar Bahasa Inggris digunakan untuk interaksi dan bersifat “here and now”. Topik pembicaraannya berkaitan dengan hal-hal yang berada dalam konteks situasi. Dalam hal ini siswa di ajak untuk latihan berinteraksi dengan pasangan temannya, agar siswa SD tidak kesulitan dalam melafalkan Bahasa Inggris karena pada dasarnya pembelajaran bahasa harus sering berlatih untuk diucapkan dan bisa luwes dalam pengucapannya.
Memasuki era globalisasi atau yang lebih dikenal dengan pasar bebas, menuntut setiap individu untuk mempersiapkan sumber daya yang handal, terutama dibidang IPTEK. Untuk mengetahui hal tersebut, dibutuhkan pengetahuan yang memadai dalam menghadapi tuntutan dunia global yang bersaing dengan ketat. Disini peran bahasa inggris sangat penting sekali dalam menguasai ilmu komunikasi dan berinteraksi langsung dengan dunia global. Dengan memberikan pembelajaran Bahasa Inggris  terhadap anak sekolah dasar, anak akan lebih tau tentang dunia global itu seperti apa, dengan satu bahasa yaitu bahasa Inggris, anak bisa berkeliling dunia, karena bahasa inggris telah digunakan diberbagai negara meskipun sebagai bahasa kedua setelah bahasa resmi dimasing-masing negara. Pembelajaran bahasa inggris mungkin manfaatnya belum bisa begitu terlihat ketika si anak masih berada di sekolah dasar, tetapi itu akan sangat bermanfaat sekali untuk masa depan si anak, untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang seterusnya, karena si anak sudah mendapatkan bekal di sekolah dasarnya. Bagi kita seorang guru harus mampu mengajarkan bahasa inggris yang benar dan tepat dan tentunya menyenangkan. Hal ini agar si anak benar-benar memahami apa yang telah disampaikan oleh para guru.
Anak-anak SD masih sangat polos sekali, mereka akan menganut dan menerima apa yang di berikan oleh gurunya. Sekali saja gurunya memberikan pengetahuan bahasa inggris yang salah atau kurang benar, sampai jenjang pendidikan berikutnya pun anak akan lebih cenderung mempertahankan apa yang telah didapatkan dari gurunya di sekolah dasar itu, meskipun yang diberikan guru itu kurang tepat. Oleh karena itu, sebagi guru harus memberikan pembelajaran Bahasa Inggris yang baik dan benar kepada anak, agar anak memiliki bekal yang tepat untuk menguasai bahasa inggris dengan baik.

12
Bahasa Inggris merupakan suatu bahasa yang sangat penting dalam dunia internasional terutama di era globalisasi sekarang ini. Bahasa Inggris digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain diberbagai negara. Dengan menguasai bahasa inggris, orang akan bisa masuk dan mengakses dunia informasi dan teknologi. Dengan pengenalan bahasa inggris di sekolah dasar, maka siswa akan mengenal dan mengetahui Bahasa Inggris lebih awal. Sehingga, mereka akan mempunyai pengetahuan dasar yang lebih baik sebelum melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Seorang guru dapat memberikan bekal bagi siswa bahwa dengan menguasai bahasa Inggris maka bisa memberikan kesempatan yang lebih terbuka untuk mengembangkan diri guna memperoleh kesempatan yang lebih baik menghadapi persaingan lapangan kerja dan karir di masa yang akan datang. Bahasa Inggris telah menjadi suatu alat yang sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan, pekerjaan serta status sosial masyarakat.
Sebagai seorang guru juga harus memperhatikan metode yang digunakan dalam pengajaran Bahasa Inggris kepada siswa sekolah dasar, agar manfaat dari pengajaran itu benar-benar didapatkan oleh si anak. Misalnya saja guru menggunakan pendekatan komunikatif, artinya yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa. Belajar bahasa lebih efektif jika diajarkan secara alamiah, artinya dilakukan melalui komunikasi langsung dalam Bahasa Inggris yang sedang dipelajari. Kebutuhan utama siswa sekolah dasar dalam belajar bahasa adalah untuk berkomunikasi, maka tujuan umum pembelajaran bahasa adalah untuk mengembangkan siswa untuk berkomunikasi agar siswa bisa lancar dalam melafalkan bahasa inggris sebagai bekal dimasa depannya untuk menghadapi dunia global seperti saat sekarang ini.
Pada intinya bahasa inggris sangat penting sekali dikenalkan kepada siswa sekolah dasar agar mereka lebih mengetahui dan memahami tentang Bahasa Inggris dan tidak merasa kesulitan ketika mendapatkan Bahasa Iggris dijenjang berikutnya, karena mereka sudah merasa tidak asing lagi dengan Bahasa Inggris. Dalam garis besar, pendidikan dasar di Indonesia, tujuan pendidikan dasar di Indonesia ialah mempersiapkan lebih awal pengetahuan dasar siswa sebelum melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


13
Akhirnya kesimpulan utama alasan pengajaran bahasa Inggris diadakan di sekolah dasar ialah untuk memberikan pengetahuan penguasaan kosa kata yang banyak sehingga apabila siswa melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi mereka tidak akan mengalami kesulitan. oleh krena itu fokus utama dalam pengajaran bahasa Inggris ini menurut responden ialah penguasaan kosa kata. Dengan menguasai kosa kata yang banyak maka para siswa dapat dengan mudah menguasai keterampilan bahasa yang lain.
Demikanlah yang dapat kami tulis tentang manfaat pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar. Apa yang kami tulis hanyalah sebaian kecil dari banyaknya  manfaat yang diperoleh dari pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar. Kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyusunan kata.

















14
BAB III PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

Perkembangan bahasa pada anak tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa di dukung aktif oleh orang tua dan pendidik. Selain ibu, peran ayah pun sangat di butuhkan dalam perkembangan anak. Ayah juga harus menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Yaitu dalam mengucapkan atau berkomunikasi dengan mengucapkan kata-kata yang penuh ilmudan tuntunan agama, tidak kasar, dan tidak membentak. Jika orang tua dan pendidik bekerja sama dengan baik dalam memberikan teladan yang baik dan positif pada anak dalam masa perkembangannyabaik fisik maupun mental maka anak akan tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang mulia budi pekertinya dan santun bahasanya.
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan
Kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi.
Pemerolehan bahasa pertama adalah apabila seseorang memperoleh bahasa yang semula tanpa bahasa.
Pemerolehan bahasa kedua (PB2) mengacu kepada mengajar dan belajar bahasa asing dan bahasa kedua lainnya. Maksudnya adalah pemerolehan bahasa selain dari bahasa ibunya.










15

3.2 SARAN
Jika kita ingin memperoleh suatu bahasa yang tepat maka kita harus mengetahui dan menguasai apa itu mendengar, menyimak, dan sebagainya yang berkenaan tentang perolehan suatu informasi melalui bahasa yang baik dan benar.
Dan kita harus mengetahui dan bisa membedakan bahasa yang baik dan benar, karena itu sangat penting bagi manusia yang ingin mendapat informasi dan yang ingin menyampaikan sesuatu kepada orang lain.
Kita harus bisa memahami konsep pemerolehan bahasa guna memahami bagaimana bahasa yang kita ketahui sekarang bisa kita peroleh.
Walaupun kita bisa memperoleh bahasa lebih dari satu bahasa tetapi kita harus bisa menghindarkan pemerolehan bahasa yang mengakibatkan akulturasi bahasa yang bersifat negatif.













16
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soenjono dan Unika Atmaja. 2000. ECHA, Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Kartono, Kartini. 1990. Psikologi Anak (psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju. Sumarlam,
dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana.
Tarigan, Guntur. 1986. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa.Bandung: Angkasa.

















17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar