MAKALAH
Pemerolehan
Bahasa Anak
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep dasar bahasa inggris
Dosen
Pengampu : Halim purnomo.M.pd.i
Disusun
oleh :
Kelompok
1
1. IMAN
PATUROHMAN (140641189)
2. MIRA
PUSPITASARI (140641194)
3. SRI
WAHYUNINGSI (140641210)
SD14-A6
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
KATA PENGANTAR
Puji syukur penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “PEROLEHAN BAHASA ANAK”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah konsep dasar bahasa inggris.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menjabarkan
tentang sumber pemerolehan bahasa anak, bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu
siswa, bahasa inggris sebagai bahasa asing siswa.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah menyelesaikan tugas dalam penyusunan makalah ini, dan semoga isi
yang dikandung dari makalah ini dapat memenuhi tujuan yang diharapkan. Amin.
Cirebon, 19 maret 2015
Tim Penulis
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Rumusan masalah .......................................... 1
1.2
Rumusan Masalah.................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Seorang
anak memperoleh bahasa ......................................... 3
2.2
Peran
lingkungan pada proses pemerolehan bahasa.............. 5
2.3
Bahasa
ibu sebagai bahasa pengantar .................................... 9
2.4
Manfaat
pembelajaran bahasa inggris untuk siswa di sd ....... 11
BAB III PENUTUP
a.
Kesmpulan
................................................................................ 15
b.
Saran ........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi
bagi manusia. Dengan bahasa seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain.
Dengan bahasa maka akan terjadi hubungan timbal balik antara seseorang dengan
orang lain. Manusia hidup dalam suatu lingkungan masyarakat. Karena dalam
kehidupan manusia selalu membutuhkan orang lain. Seseorang akan mengerti apa
yang dimaksudkan oleh mitra tutur dengan bahasa yang digunakan. Sehingga pesan
atau informasi yang dapat tersampaikan.
Bahasa tidak hanya tulis
maupun lisan, tetapi juga bahasa tubuh dan juga ekspresi seseorang terhadap
aksi yang kita lakukan. Misalnya seorang bayi yang menangis ketika lapar, bayi
itu menggunakan bahasa tangis untuk memberitahukan kepada ibunya bahwa ia
tengah lapar. Hal itu menujukkan pula bahwa bahasa telah ada ketika seseorang
belum mengenal tulisan. Bahkan ketika seseorang belum lahir, ia sudah
menggunakan bahasa. Seseorang mengenal menggunakan bahasa berdasarkan
lingkungan dimana dia tinggal. Seseorang berusaha menirukan bahasa orang lain
walau dengan terbata-bata. Seorang anak yang masih berusia di bawah tiga tahun,
menggunakan bahasa secara belum lengkap. Hal itu karena seorang anak hanya bisa
menangkap dan melafalkan sebagian dari lingual yang ia dengar.
Seseorang akan mengucapkan satuan
lingual tertentu yang diperolehnya berdasarkan tempat dimana dia tinggal.
Lingkungan sangat mempengaruhi hal tersebut. Daerah yang satu akan mengucapkan
lingual yang berbeda dengan daerah yang lain walaupun maksud tuturannya sama.
Lingkungan yang mempengaruhi bahasa seseorang tidak hanya berasal dari faktor
geografis, tetapi juga faktor ekonomi, pendidikan, dan sosial agama.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kekayaan seseorang dalam menguasai bahasa.
1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana seorang
anak memperoleh bahasa ?
2. Bagaimana peran
lingkungan pada proses pemerolehan bahasa?
3.
Bagaimana proses bahasa indonesia sebagai bahasa ibu siswa?
4.
Apa manfaat pembelajaran bahasa inggris yang di ajarkan kepada anak SD ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
megetahui seorang anak memperoleh bahasa
2. Untuk
mengetahui peran lingkungan pada proses pemerolehan bahasa
3. Untuk
mengetahui proses bahasa indonesia sebagai bahasa ibu siswa
4. Untuk
mengetahui manfaat pembelajaran bahasa inggris untuk siswa di SD
2
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Seorang anak
memperoleh bahasa
Darwowidjojo
(2003: 225) menyatakan pemerolehan (acquisition), yakni, proses penguasaan
bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa
ibunya. Dapat dikatakan pula bahwa pemerolehan bahasa adalah awal mula ketika
seseorang mendapatkan pengetahuan tentang bahasa dan menggunakannya untuk
berkomunikasi.
Pemerolehan
bahasa terjadi secara natural, tiba-tiba, dan mendadak. Kemerdekaan bahasa
dimulai ketika anak berusia sekitar usia satu tahun, di saat anak-anak mulai
menggunakan kata-kata lepas atau kata-kata terpisah dari sandi linguistik untuk
mencapai aneka tujuan sosial mereka (Tarigan, 1988: 4 ).
Pemerolehan
bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak
anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran
bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak-anak
mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi,
pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran
bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Simanjuntak, 1986). Schutz (2006:12)
mengutip Krashen yang mendefenisikan pemerolehan bahasa sebagai "the
product of a subconscious process very similar to the process children undergo
when they acquire their first language.
Dengan kata
lain pemerolehan bahasa adalah proses bagaimana seseorang dapat berbahasa atau
proses anak-anak pada umumnya memperoleh bahasa pertama. Pemerolehan bahasa
pada anak usia dua sampai tiga tahun terjadi secara alamiah. Pemeroleh bahasa
biasanya secara natural artinya pemerolehan bahasa yang terjadi secara alamiah
tanpa disadari bahwa seorang anak tengah memperoleh bahasa, tetapi hanya sadar
akan kenyataan bahwa ia tengah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
3
Schutz menambahkan hasil dari
pemerolehan bahasa yakni kompetensi yang diperoleh juga bersifat alamiah.
Anak pada
umumnya memperoleh bahasa secara alamiah dari lingkungannya tanpa proses
belajar secara formal di bangku sekolah.
Pemerolehan bahasa secara alamiah
ini tidak dikaitkan secara ketat, tetapi pemerolehan bahasa itu diperoleh
sesuai dengan perkembangan otak dan fisik anak itu sendiri.
Menurut Sigel dan
Cocking (2000:5) pemerolehan bahasa merupakan proses yang digunakan oleh
anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua
sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan sederhana dari
bahasa yang bersangkutan.
Pemerolehan
bahasa umumnya berlangsung di lingkungan masyarakat bahasa target dengan sifat
alami dan informal serta lebih merujuk pada tuntutan komunikasi.
Berbeda dengan
belajar bahasa yang berlangsung secara formal dan artifisial serta merujuk pada
tuntutan pembelajaran (Schutz, 2006:12), dan pemerolehan bahasa dibedakan
menjadi pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua.
4
2.2 peran lingkungan pada proses pemerolehan
bahasa
Lingkungan bahasa adalah segala
hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar terkait dengan bahasa kedua yang
sedang dipelajari. Yang tergolong lingkungan bahasa adalah situasi di rumah
ketika nonton televisi, percakapan dengan kawan-kawan, dalam proses belajar
mengajar di kelas, dan sebagainya. Kualitas lingkungan bahasa sangat penting
bagi keberhasilan pembelajar dalam mempelajari bahasa kedua (Dulay, 1982:13).
Secara umum lingkungan bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yakni (10 lingkungan formal, yang dijumpai dalam proses belajar ,mengajar, (2) lingkungan informal (Krashen,1982:40). Krashen juga menyatakan bahwa untuk menguasai bahasa kedua pembelajar dapat menggunakan dua cara yakni melalui proses pembelajaran dan melalui proses pemerolehan. Pembelajaran merupakan proses yang disadari dan bertitik berat pada perhatian pembelajar pada bentuk bahasa atau struktur. Sedangkan pemerolehan merupakan proses yang serupa pada saat menerima bahasa pertama. Pemerolehan berlangsung sejalan dengan aktivitas yang tidak disadari oleh pembelajar.
Secara umum lingkungan bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yakni (10 lingkungan formal, yang dijumpai dalam proses belajar ,mengajar, (2) lingkungan informal (Krashen,1982:40). Krashen juga menyatakan bahwa untuk menguasai bahasa kedua pembelajar dapat menggunakan dua cara yakni melalui proses pembelajaran dan melalui proses pemerolehan. Pembelajaran merupakan proses yang disadari dan bertitik berat pada perhatian pembelajar pada bentuk bahasa atau struktur. Sedangkan pemerolehan merupakan proses yang serupa pada saat menerima bahasa pertama. Pemerolehan berlangsung sejalan dengan aktivitas yang tidak disadari oleh pembelajar.
Uraian di atas memperjelas bahwa
lingkungan formal sangat berkaitan dengan pembelajaran. Lingkungan informal
berkaitan dengan proses pemerolehan. Dalam komunikasi situasi formal
frekuensinya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan situasi informal. Hal
ini menjadikan lingkungan informal lebih berperan daripada lingkungan formal.
Lingkungan informal terjadi
secara alami. Yang tergolong lingkungan informal adalah bahasa yang dipakai
teman sebaya, bahasa pengasuh, bahasa orang tua, bahasa yang dipakai di media
cetak atau elektronik dan bahasa yang dipakai guru dalam proses belajar di
kelas. Dulay (1982) menyatakan terdapat empat hal dari lingkungan bahasa yang
berpengaruh dalam pemerolehan bahasa kedua, yakni, (1) sifat alami bahasa
sasaran, (2) cara pembelajar dalam berkomunikasi, (3) adanya acuan yang
konkret, dan (4) model bahasa sasaran. Dalam lingkungan bahasa yang bersifat
alami titik berat komunikasi adalah isi pesan, bukan bentuk linguistiknya atau
tata bahasa.
5
Belajar bahasa secara alami akan
memperlihatkan hasil kemampuan berbahasa yang lebih baik daripada melalui
lingkungan formal yang lebih menitikberatkan pada pemerolehan bahasa secara
sadar tentang aturan-aturan bahasa ataupun pemakaian bentuk formal linguistik.
Lebih jauh Dulay juga menjelaskan bahwa cara pembelajar
berkomunikasi, baik komunikasi satu arah, komunikasi dua arah terbatas maupun
penuh, sangat berpengaruh pada pemerolehan bahasa kedua. Dalam komunikasi satu
arah, pembelajar hanya membaca atau mendengar bahasa kedua, tetapi pembelajar
tidak dapat merespon. Dalam komunikasi dua arah terbatas pembelajar akan
mendengar bahasa kedua, kemudian memberikan respon secara nonverbal atau tidak
menggunakan bahasa sasaran. Sedangkan dalam komunikasi dua arah penuh.
Pembelajar mampu meberikan jawaban dalam bahasa sasaran. Dari kenyataan ini
dapat dilihat betapa pentingnya lingkungan bahasa memberikan masukan bahasa
kedua, yang memungkinkan pembelajar mampu berkomunikasi dua arah penuh.
Tentunya hal ini terjadi secara bertahap.
Adanya acuan bahasa yang konkret juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, peristiwa yang diangkat sebagai bahan harus merupakan peristiwa atau hal yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan secara langsung oleh pembelajar ketika percakapan sedang berlangsung.
Adanya acuan bahasa yang konkret juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, peristiwa yang diangkat sebagai bahan harus merupakan peristiwa atau hal yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan secara langsung oleh pembelajar ketika percakapan sedang berlangsung.
Komunikasi yang demikian dapat menjamin
pembelajar dapat memahami banyak hal tentang apa yang dikatakannya dalam bahasa
kedua. Dengan demikian dapat memicu perkembangan dan pemerolehan struktur dan
kosakata bahasa sasaran.
Terkait dengan ketersediaan acuan konkret Long (Ellis,1982:157-158) menyatakan agar masukan dapat terpahami maka perlu diperhatikan bebeapa hal, (1) struktur dan kosakata yang digunakan berkomunikasi hendaknya sudah dikuasai oleh pembelajar, (2) berorientasi pada bahan yang bersifat “here and now”, (3) struktur interaksi dalam Dalam komunikasi harus di modifikasi sedemikian rupa. mempelajari bahasa kedua, pembelajar selalu memilih model yang mampu menghasilkan ujaran yang baik dan benar. Model bahasa kedua ini dapat dipilih sendiri oleh pembelajar dari lingkungan bahasanya.
Terkait dengan ketersediaan acuan konkret Long (Ellis,1982:157-158) menyatakan agar masukan dapat terpahami maka perlu diperhatikan bebeapa hal, (1) struktur dan kosakata yang digunakan berkomunikasi hendaknya sudah dikuasai oleh pembelajar, (2) berorientasi pada bahan yang bersifat “here and now”, (3) struktur interaksi dalam Dalam komunikasi harus di modifikasi sedemikian rupa. mempelajari bahasa kedua, pembelajar selalu memilih model yang mampu menghasilkan ujaran yang baik dan benar. Model bahasa kedua ini dapat dipilih sendiri oleh pembelajar dari lingkungan bahasanya.
6
Peran Lingkungan Informal terhadap
Pemerolehan Bahasa Kedua
Telah diuraikan bahwa lingkungan informal berperan dalam pemerolehan bahasa kedua. Peran tersebut menyangkut keberadaannya sebagai bahan masukan sekaligus bahan monitor. Salah satu lingkungan bahasa yang banyak berperan adalah teman sebaya.
Teman sebaya tampaknya memiliki pengaruh lebih besar dari pada orang tua atau guru terhadap pembelajar bahasa kedua. Milon (1975) dalam penelitiannya menemukan bahwa seorang anak Jepang berusia tujuh tahun yang imigrasi ke Hawaii lebih memahami ‘the hawaiian Creole English” yang dipelajari dari teman sebayanya dibandingkan denan “the english standart’ yang diajarkan gurunya. Anehnya ketika ia berpindah pada lingkungan kelas menengah dengan cepat ia mampu memakai bahasa Inggris baku seperti yang dipaki teman-temannya.
Telah diuraikan bahwa lingkungan informal berperan dalam pemerolehan bahasa kedua. Peran tersebut menyangkut keberadaannya sebagai bahan masukan sekaligus bahan monitor. Salah satu lingkungan bahasa yang banyak berperan adalah teman sebaya.
Teman sebaya tampaknya memiliki pengaruh lebih besar dari pada orang tua atau guru terhadap pembelajar bahasa kedua. Milon (1975) dalam penelitiannya menemukan bahwa seorang anak Jepang berusia tujuh tahun yang imigrasi ke Hawaii lebih memahami ‘the hawaiian Creole English” yang dipelajari dari teman sebayanya dibandingkan denan “the english standart’ yang diajarkan gurunya. Anehnya ketika ia berpindah pada lingkungan kelas menengah dengan cepat ia mampu memakai bahasa Inggris baku seperti yang dipaki teman-temannya.
Hal serupa juga terjadi pada program celup di
Kanada dan Amerika Serikat. Dalam program celup mengharuskan siswa-siswinya
hanya memakai bahasa sasaran sebagai alat komunikasi sepanjang jam-jam sekolah.
Kenyataan memperlihatkan bahwa siswa hanya akan memakai bahasa sasaran di dalam
kelas, sedangkan di luar kelas bersama-sama.
Bukti lain tentang hal itu adalah pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah terutama di daerah. Dalam proses belajar mengajar di kelas, siswa menggunakan bahasa Indonesia hanya bila berkomunikasi dengan guru. Sementara jika berkomunikasi dengan teman-temannya cenderung mengggunakan bahasa pertama. Hal ini juga terjadi di luar jam pelajaran, frekuensi penggunaan bahasa pertama lebih besar dibandingkan dengan bahasa kedua (bahasa indonesia).
Bukti lain tentang hal itu adalah pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah terutama di daerah. Dalam proses belajar mengajar di kelas, siswa menggunakan bahasa Indonesia hanya bila berkomunikasi dengan guru. Sementara jika berkomunikasi dengan teman-temannya cenderung mengggunakan bahasa pertama. Hal ini juga terjadi di luar jam pelajaran, frekuensi penggunaan bahasa pertama lebih besar dibandingkan dengan bahasa kedua (bahasa indonesia).
Hal ini membuktikan bahwa problema program
celup atau pengajaran bahasa Indonesia sebenarnya tidak terletak pada bagaimana
cara anak-anak belajar, atau karena kualitas bahasa sasaran yang dipakai guru
selama jam pelajaran berlangsung. Hal terpenting ternyata adalah menyediakan
atau menyiapkan teman-teman sebagai model dalam bahasa sasaran (Dulay,1986). Bahasa
guru pun secara tidak langsung akan menjadi model bahasa sasaran, walaupun
pengaruhnya tidak sebesar pengaruh bahasa yang dipakai teman-teman. Menurut
Krashen bahasa guru dalam pengajaran bahasa asing mirip denan bahasa pengasuh.
7
Bahasa guru pada umumnya memiliki ciri
penyesuaian secara formal pada seluruh tataran kebahasaan. Gaies (1977;1979)
melihat bahwa ujaran guru menampakkan penyederhanaan aturan sintaktik ketika ia
berbicara di tengah-tengah siswanya. Henzl (1979) bahkan melihat bahwa bahasa
guru pun seringkali disesuaikan dengan tataran kecakapan murid yang di ajak
berbicara. Bahasa teman sebaya juga memiliki pengaruh besar dibandingkan bahasa
bahasa orang tua. Anak-anak akan lebih banyak mempelajari perilaku bahasa dari
teman-temannya dari pada dari orang tuanya.
Lingkungan orang tua ini tampaknya hanya terbatas pada peran bahasa pengasuh terhadap pemerolehan bahasa pertama. Sedangkan untuk pembelajar dewasa, kekuatan bahasa pengasuh ini semakin berkurang, lebih-lebih bila dihubungkan dengan pemerolehan bahasa kedua. Bahasa pengasuh lebih mirip dengan bahasa penutur asing.
Lingkungan orang tua ini tampaknya hanya terbatas pada peran bahasa pengasuh terhadap pemerolehan bahasa pertama. Sedangkan untuk pembelajar dewasa, kekuatan bahasa pengasuh ini semakin berkurang, lebih-lebih bila dihubungkan dengan pemerolehan bahasa kedua. Bahasa pengasuh lebih mirip dengan bahasa penutur asing.
8
2.3 Bahasa ibu sebagai bahasa pengantar
Salah satu kendala yang dihadapi oleh siswa
sekolah dasar (SD) di Indonesia dalam memahami pelajaran di sekolah, yakni
tidak digunakannya bahasa ibu mereka sebagai pengantar dalam proses
pembelajaran. Akibatnya, mereka pun tidak mampu meraih prestasi akademik secara
maksimal. Begitulah hasil survei yang dilakukan oleh South East Asian Minister
of Education Organization Regional Center for Quality Improvement of Teacher
and Education Personel (SEAMEO QIPTEP) beberapa waktu lalu. Oleh karenanya,
lembaga ini pun mengusulkan kepada pemerintah untuk mengembangkan program
pendidikan multibahasa berbasis bahasa ibu bagi siswa SD.
Penggunaan bahasa ibu atau bahasa daerah
sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran untuk tingkat dasar sebenarnya
sudah mulai diterapkan di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Filipina,
Thailand, dan Kamboja. Di ketiga negara tersebut, bahasa daerah digunakan
sebagai bahasa pengantar untuk siswa kelas 1 sampai dengan kelas 3. Bahasa
nasional sendiri baru digunakan sebagai bahasa pengantar saat mereka menginjak kelas
IV.
Di Indonesia sendiri program semacam ini
sebenarnya sudah diterapkan di Maluku dan Papua. Sayangnya, program tersebut
belum bisa dijalankan secara maksimal karena adanya sistem yang mengharuskan
siswa - siswa di Papua untuk berbahasa Indonesia. Selain itu, banyaknya bahasa
daerah yang dimiliki, menyulitkan siswa dalam berkomunikasi satu sama lainnya. Penggunaan
bahasa daerah belum mampu digunakan sepenuhnya. Di sisi lain sikap orang tua
yang lebih mementingkan penguasaan bahasa asing bagi anaknya daripada bahasa
ibunya menjadikan bahasa daerah semakin ditinggalkan. Mereka beranggapan,
memberikan pelajaran bahasa asing sejak dini akan berdampak baik bagi
perkembangan anaknya pada masa mendatang. Padahal, bahasa daerah tidak hanya
sebatas sarana untuk berkomunikasi. Lebih dari itu, di dalam bahasa daerah
terkandung budaya serta nilai yang harus dipahami oleh anak agar memiliki
kecerdasan sosial saat mereka berinteraksi dengan masyarakat.
9
Adapun untuk menjadikan bahasa ibu sebagai
bahasa pengantar dalam proses pembelajaran, dibutuhkan tiga syarat yang harus
dipenuhi. Pertama, tersedianya guru yang berkualitas serta menguasai bahasa
daerah dan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kedua, tersedianya kurikulum
multibahasa yang sesuai. Ketiga, adanya dukungan dari orang tua untuk
mengondisikan anaknya agar selalu berkomunikasi dalam bahasa daerahnya saat
mereka berada di rumah. Tanpa terpenuhinya ketiga syarat tersebut, sangat sulit
untuk menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar. Di samping itu,
dukungan pemerintah daerah maupun masyarakat terhadap upaya pelestarian bahasa
daerah tersebut sangat dibutuhkan.
Dengan menjadikan bahasa ibu sebagai bahasa
pengantar dalam pembelajaran, diharapkan setiap siswa akan mampu memahami
materi pelajaran dengan lebih baik. Selain itu, upaya untuk melestarikan bahasa
daerah pun benar-benar dapat terwujud.
10
2.4 Manfaat Pembelajaran Bahasa Inggris untuk siswa di SD
Kita semua tahu bahwa bahasa inggris
digunakan secara internasional. Artinya masyarakat yang berasal dari beragam
latar belakang goegrafi, agama dan kultur telah memiliki suatu media yang
disepakati untuk berkomunikasi satu sama lainnya, yaitu Bahasa Inggris.
Sehingga jika ingin berwawasan dan berpengetahuan luas maka bahasa inggris
adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari. Bahasa Inggris memberi
ruang gerak yang seluas-luasnya kepada kita untuk larut menjadi bagian dari
komunitas global masyarakat dunia. Bahkan pada bidang-bidang tertentu bahasa
inggris mutlak sangat diperlukan. Oleh sebab itu, kita sebagai guru di sekolah
dasar sudah sepatutnya mengenalkan bahasa inggris kepada siswa sejak usia dini.
Dengan metode yang tepat belajar bahasa inggris akan terasa menyenangkan yang
akan menambah wawasan mereka dalam bermain.
Di Indonesia, bahasa inggris telah
lama diajarkan di semua sekolah menengah dan atas baik negeri maupun swasta.
Sejak kelas tujuh sampai kelas dua belas, bahasa inggris menjadi mata pelajaran
pokok sejajar dengan mapel bahasa Indonesia dan matematika. Oleh karena itu,
pada ujian akhir nasional (UAN) SMP maupun SMA, bahasa inggris termasuk salah
satunya yang diujikan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, bahasa inggris juga
telah diajarkan di sekolah dasar sebagai muatan lokal. Para siswa kelas 3
sampai kelas 6 menerima pelajaran bahasa inggris selama beberapa jam pelajaran
dalam seminggu. Sebagai bahasa internasional, memang sudah sepatutnya kalau
Bahasa Inggris diajarkan sejak dini. bahkan dibeberapa sekolah TK, para
siswanya diberi pelajaran bahasa inggris walaupun dalam tingkat pemula.
Anak-anak TK di ajari menyanyi yang terkadang lirik lagunya di campur dengan
bahasa inggris meskipun masih basic sekali, menghafal nama bilangan dan nama
warna dalam bahasa inggris. Bahasa inggris di sekolah dasar memang merupakan
muatan lokal, tetapi hal itu sangat bermanfaat untuk mereka di era globalisasi
seperti ini. Kebijakan memasukkan bahasa inggris sebagai muatan lokal SD
merupakan langkah maju. Ketika anak lulus SD masuk ke jenjang yang lebih
tinggi, bahasa inggris sudah tidak asing lagi.
11
Pendidikan bahasa inggris di SD
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yang disertai dengan
tindakan. Dalam pendidikan sekolah dasar Bahasa Inggris digunakan untuk
interaksi dan bersifat “here and now”. Topik pembicaraannya berkaitan dengan
hal-hal yang berada dalam konteks situasi. Dalam hal ini siswa di ajak untuk
latihan berinteraksi dengan pasangan temannya, agar siswa SD tidak kesulitan dalam
melafalkan Bahasa Inggris karena pada dasarnya pembelajaran bahasa harus sering
berlatih untuk diucapkan dan bisa luwes dalam pengucapannya.
Memasuki era globalisasi atau yang
lebih dikenal dengan pasar bebas, menuntut setiap individu untuk mempersiapkan
sumber daya yang handal, terutama dibidang IPTEK. Untuk mengetahui hal
tersebut, dibutuhkan pengetahuan yang memadai dalam menghadapi tuntutan dunia
global yang bersaing dengan ketat. Disini peran bahasa inggris sangat penting
sekali dalam menguasai ilmu komunikasi dan berinteraksi langsung dengan dunia
global. Dengan memberikan pembelajaran Bahasa Inggris terhadap anak
sekolah dasar, anak akan lebih tau tentang dunia global itu seperti apa, dengan
satu bahasa yaitu bahasa Inggris, anak bisa berkeliling dunia, karena bahasa
inggris telah digunakan diberbagai negara meskipun sebagai bahasa kedua setelah
bahasa resmi dimasing-masing negara. Pembelajaran bahasa inggris mungkin
manfaatnya belum bisa begitu terlihat ketika si anak masih berada di sekolah dasar,
tetapi itu akan sangat bermanfaat sekali untuk masa depan si anak, untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang seterusnya, karena si anak sudah
mendapatkan bekal di sekolah dasarnya. Bagi kita seorang guru harus mampu
mengajarkan bahasa inggris yang benar dan tepat dan tentunya menyenangkan. Hal
ini agar si anak benar-benar memahami apa yang telah disampaikan oleh para
guru.
Anak-anak SD masih sangat polos
sekali, mereka akan menganut dan menerima apa yang di berikan oleh gurunya.
Sekali saja gurunya memberikan pengetahuan bahasa inggris yang salah atau
kurang benar, sampai jenjang pendidikan berikutnya pun anak akan lebih
cenderung mempertahankan apa yang telah didapatkan dari gurunya di sekolah
dasar itu, meskipun yang diberikan guru itu kurang tepat. Oleh karena itu,
sebagi guru harus memberikan pembelajaran Bahasa Inggris yang baik dan benar
kepada anak, agar anak memiliki bekal yang tepat untuk menguasai bahasa inggris
dengan baik.
12
Bahasa Inggris merupakan suatu
bahasa yang sangat penting dalam dunia internasional terutama di era
globalisasi sekarang ini. Bahasa Inggris digunakan untuk berkomunikasi dengan
orang lain diberbagai negara. Dengan menguasai bahasa inggris, orang akan bisa
masuk dan mengakses dunia informasi dan teknologi. Dengan pengenalan bahasa
inggris di sekolah dasar, maka siswa akan mengenal dan mengetahui Bahasa
Inggris lebih awal. Sehingga, mereka akan mempunyai pengetahuan dasar yang
lebih baik sebelum melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Seorang
guru dapat memberikan bekal bagi siswa bahwa dengan menguasai bahasa Inggris
maka bisa memberikan kesempatan yang lebih terbuka untuk mengembangkan diri
guna memperoleh kesempatan yang lebih baik menghadapi persaingan lapangan kerja
dan karir di masa yang akan datang. Bahasa Inggris telah menjadi suatu alat
yang sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan, pekerjaan serta status
sosial masyarakat.
Sebagai seorang guru juga harus
memperhatikan metode yang digunakan dalam pengajaran Bahasa Inggris kepada
siswa sekolah dasar, agar manfaat dari pengajaran itu benar-benar didapatkan
oleh si anak. Misalnya saja guru menggunakan pendekatan komunikatif, artinya
yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan
pengetahuan tentang bahasa. Belajar bahasa lebih efektif jika diajarkan secara
alamiah, artinya dilakukan melalui komunikasi langsung dalam Bahasa Inggris
yang sedang dipelajari. Kebutuhan utama siswa sekolah dasar dalam belajar
bahasa adalah untuk berkomunikasi, maka tujuan umum pembelajaran bahasa adalah
untuk mengembangkan siswa untuk berkomunikasi agar siswa bisa lancar dalam
melafalkan bahasa inggris sebagai bekal dimasa depannya untuk menghadapi dunia
global seperti saat sekarang ini.
Pada intinya bahasa inggris sangat
penting sekali dikenalkan kepada siswa sekolah dasar agar mereka lebih
mengetahui dan memahami tentang Bahasa Inggris dan tidak merasa kesulitan
ketika mendapatkan Bahasa Iggris dijenjang berikutnya, karena mereka sudah
merasa tidak asing lagi dengan Bahasa Inggris. Dalam garis besar, pendidikan
dasar di Indonesia, tujuan pendidikan dasar di Indonesia ialah mempersiapkan
lebih awal pengetahuan dasar siswa sebelum melangkah ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
13
Akhirnya kesimpulan utama alasan
pengajaran bahasa Inggris diadakan di sekolah dasar ialah untuk memberikan
pengetahuan penguasaan kosa kata yang banyak sehingga apabila siswa melanjutkan
jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi mereka tidak akan mengalami
kesulitan. oleh krena itu fokus utama dalam pengajaran bahasa Inggris ini
menurut responden ialah penguasaan kosa kata. Dengan menguasai kosa kata yang
banyak maka para siswa dapat dengan mudah menguasai keterampilan bahasa yang
lain.
Demikanlah yang dapat kami tulis
tentang manfaat pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar. Apa yang kami
tulis hanyalah sebaian kecil dari banyaknya manfaat yang diperoleh dari
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar. Kami mohon maaf jika terdapat
kesalahan dalam penulisan dan penyusunan kata.
14
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perkembangan
bahasa pada anak tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa di dukung aktif oleh
orang tua dan pendidik. Selain ibu, peran ayah pun sangat di butuhkan dalam
perkembangan anak. Ayah juga harus menjadi teladan yang baik bagi anaknya.
Yaitu dalam mengucapkan atau berkomunikasi dengan mengucapkan kata-kata yang
penuh ilmudan tuntunan agama, tidak kasar, dan tidak membentak. Jika orang tua
dan pendidik bekerja sama dengan baik dalam memberikan teladan yang baik dan
positif pada anak dalam masa perkembangannyabaik fisik maupun mental maka anak
akan tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang mulia budi pekertinya dan
santun bahasanya.
Pemerolehan
bahasa pertama adalah apabila seseorang memperoleh bahasa yang semula tanpa
bahasa.
Pemerolehan
bahasa kedua (PB2) mengacu kepada mengajar dan belajar bahasa asing dan bahasa
kedua lainnya. Maksudnya adalah pemerolehan bahasa selain dari bahasa ibunya.
15
3.2 SARAN
Jika kita
ingin memperoleh suatu bahasa yang tepat maka kita harus mengetahui dan
menguasai apa itu mendengar, menyimak, dan sebagainya yang berkenaan tentang
perolehan suatu informasi melalui bahasa yang baik dan benar.
Dan kita
harus mengetahui dan bisa membedakan bahasa yang baik dan benar, karena itu
sangat penting bagi manusia yang ingin mendapat informasi dan yang ingin
menyampaikan sesuatu kepada orang lain.
Kita harus
bisa memahami konsep pemerolehan bahasa guna memahami bagaimana bahasa yang
kita ketahui sekarang bisa kita peroleh.
Walaupun kita bisa memperoleh bahasa
lebih dari satu bahasa tetapi kita harus bisa menghindarkan pemerolehan bahasa
yang mengakibatkan akulturasi bahasa yang bersifat negatif.
16
DAFTAR
PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soenjono dan Unika Atmaja. 2000. ECHA,
Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Kartono, Kartini. 1990. Psikologi Anak (psikologi
Perkembangan). Bandung: Mandar Maju. Sumarlam,
dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana.
Tarigan, Guntur. 1986. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa.Bandung: Angkasa.
17